Pengajian sehabis tarawih tadi malam bagus. Sesuai dengan judul yang kutulis dan sesuai dengan peristiwa tadi malam. Sebenarnya bukan peristiwa yang baru sekali, hanya mungkin sekedar mengingatkan kembali betapa saling menghargai dalam keberagaman itu sangat penting.
Berhubung aku tidak membawa catatan pada saat ceramah, dan aku bukan lah hafidz Quran, dalam suatu ayat Quran, disebutkan kalau kita punya janji, harus dimuliakan. Tak peduli bila itu dengan non Muslim sekalipun. Karena nabi pun mengajarkan demikian. Karena ada sebagian paham yang berpendapat, jika tidak menepati janji kepada non muslim tidak apa-apa. Sebenarnya ini lah inti apa yang mau disampaikan oleh pak Kyai. Jangan menafsirkan Quran secara setengah-setengah dan jangan menafsirkan Quran menurut pemahaman sendiri.
Sepulang dari sana bersama Isti, tak lama berada di kamarku, Isti mengetuk pintu kamar. Ternyata Isti bawa martabak telur yang dia minta titip dibelikan sama Nita. Jadilah kami bertiga makan martabak itu di kamarku. Ternyata martabak yang dibeli nya dua!! Oh my.. perut ku sudah tidak muat lagi..
Sedang ngobrol-ngobrol, mendengar suara motor mba Ulin, kami segera turun ke bawah menuju kamarnya untuk menanyakan kejadian yang baru saja dialaminya di Amplaz.
Jam 12 kurang kami selesai menghabiskan waktu untuk bercerita di kamarnya. Kembali ke atas, hanya aku dan Nita. Baru saja selesai menaiki tangga,
Nita : " mba, tidur di kamarku yah "
Aku : (dengan sedikit rasa kaget bercampur takut) "lah, kenapa?? kamu lagi ketakutan?? kamu bisa 'ngeliat' yah??"
Nita : " enggak mba, gapapa. pengen ditemenin."
Aku : " ya, oke. tapi nanti kalau sahur aku balik ke kamar dulu ya "
Nita : " iya mba gapapa "
Biasalah, wanita. Kalau sudah tidur satu kamar, tidak mungkin langsung tidur. Pasti cerita-cerita [LAGI] ^^v.
Kami baru tidur sekitar jam satu. Karena itu ketika bangun sahur jam 3, mata masih terasa berat dan badan agak sedikit lemas. Aku izin ke Nita untuk kembali ke kamar ku, shalat malam, sahur dan shalat subuh. Ternyata ada bunyi sms. "mba, masih lama ga..?"
Kembali ke kamarnya, ternyata dia tidak tertidur lagi. Ketika aku tanya kenapa, dia bilang ga bisa, pengen ditemenin. "shalatnya disini aja mba", dia berujar.
"Tapi nanti shalatnya masih setengah lima. Gapapa nanti jadi ganggu sampai jam setengah lima?" "Jam berapa sih memang nya ini?(ternyata belum tepat jam empat pagi). Gapapa mba."
Jadilah Nita menemaniku sahur dan menunggu subuh.
Nita : " udah imsak tuh mba. udah ga boleh makan lagi ya berarti? "
Aku : " itu untuk yang Denpasar. Sebenarnya sih masih boleh, batas nya itu subuh. Sebagai pengingat aja supaya kita ga kelewatan makannya, tiba-tiba udah subuh."
Nita cerita di hari pertama puasa, dia menemani Poppy, yang tinggal di sebelah kamarku, untuk jalan kaki mencari makan sahur, dingin-dingin pula. Bahkan dia ikut makan sahur, meski ternyata perutnya jadi sakit karena tidak terbiasa.
Ya, Nita memang non muslim. Katholik tepatnya. Tapi kami merasa, tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Dan memang seharusnya tidak ada. Saling menghargai dan menghormati, ya, itulah yang memang seharusnya dilakukan. Tidak terus beranggapan karena dia tidak sepaham dengan kita, harus kita musuhi, kita benci atau kita perlakukan tidak adil.
Sama seperti persahabatan ku dengan mba Fera. Yang satu warga keturunan. Yang satu juga warga keturunan sih ( keturunan sunda maksudnya ^^). Dan dia pula non muslim. Ada beberapa warga keturunan yang masih beranggapan tidak sepantasnya kalau mereka bergaul dengan warga pribumi. Tapi dia bukanlah tipe yang seperti itu. Allah tidak menilai berdasarkan ras. Dan kami saling menghormati walau agama kami berbeda, walau ras kami berbeda.
Tetangga depan rumah ku pun mereka keluarga Katholik. Tapi kami sama sekali tidak pernah bertengkar. Yang satu ustad, yang satu anaknya jadi pastur. Tapi kami saling menghargai satu sama lain n saling menghormati satu sama lain. Setiap hari raya, saling berkunjung. Frame gambar Ka'bah yang sekarang masih terpajang di ruang tamuku adalah pemberian mereka ketika kami merayakan Idul Fitri. Setiap lebaran , kami selalu mengantarkan makanan khas lebaran, n biasanya mereka dengan senang hati menerima kiriman kami "waa..ketupat yaaa.."
Karena itu, miris sekali melihat komentar-komentar dari suatu berita di internet ketika satu sama lain saling menghujat agama, saling menghina tentang SARA, saling menghina Tuhan yang bukan Tuhannya, saling menghina nabi yang bukan nabinya.
Bagaimana negara ini mau maju kalau hal-hal seperti itu saja masih dipermasalahkan.
Bagaimana negara ini mau maju kalau rakyatnya sendiri saling menyerang satu sama lain, tidak ada rasa menghormati dan menghargai.
Masih banyak hal penting yang pantas dan seharusnya dipikirkan...
Sunday, August 21, 2011
Allah ga butuh shalatku. Aku lah yang butuh shalatku.
Sebenarnya ini cerita hari kemarin, tapi aku baru sempat menulisnya sekarang.
di kantor,
tommy : "mba damai, coba kesini dulu. gimana kalau jadwalnya kaya gini?"
menuju komputer tomi..
aku : (dengan terburu-buru dan jawab sekenanya) "emm..kayanya ga boleh deh tom kalau yang kaya gini sama si bos. bahasnya besok lagi aja ya, masih ketemu kan kita."
Yup yup yup. Aku memang sedang terburu-buru pulang. Ingin mengejar ashar di masjid. Dzuhur tadi tidak ke masjid SGM, karena aku tidak tahu masjid SGM dibuka atau tidak untuk hari sabtu.
Waa..cahaya mataharinya terang sekali. Tidak terasa panas, hanya terlihat silau sekali. Aku sampai harus memicingkan mata sesekali sepanjang perjalanan.
Sampai disana, bergegas mengambil air wudhu. Berhubung tidak bawa mukena, aku pakai mukena masjid. Hari ini entah kenapa aku merasa rindu sekali dengan nya. Kalau sudah merasa seperti itu, yang aku bisa lakukan hanya ambil air wudhu dan langsung shalat saat itu juga, curhat tentang perasaan ku sama Allah, dan aku hanya bisa bilang, "Allah, hamba rindu.."
Tadi malam memang kami smsan. Tapi itu tidak mengurangi rasa rinduku.
Aku rindu untuk mendengar suaranya, rindu sekali.. Sudah lama aku tidak mendengar suaranya.. sementara mengutarakan langsung ke dia atau pun mencoba untuk meneleponnya sekedar untuk mendengar suaranya pun rasanya aku tidak berani..
Seperti yang sudah kuduga, dalam shalat aku menangis kembali, menahan perasaan ini.. dan alhasil, mukena masjid nya jadi agak basah terkena tangisan ku. O ya, setiap shalat disini, aku hampir selalu bertemu nenek yang ada di sebelahku ini. Wajahnya mengingatkanku dengan nenekku. Mirip sekali.. Setiap bertemu dengan nya di masjid ini, aku jadi kangen sama nenek ku.
Jadi ya begini lah yang biasa kulakukan kalau aku rindu padanya..hanya dipendam dalam hati dan hanya berani untuk mengutarakan kepada DIA..
Mereka benar ketika mereka berkata shalat adalah media komunikasi kita dengan sang pencipta.
Mereka benar ketika mereka berkata shalat adalah penolong kita.
aku masih ingat status yang kutulis di facebook pada 16 Agustus 2011,
" Allah ga butuh shalatku. Aku lah yang butuh shalatku. "
di kantor,
tommy : "mba damai, coba kesini dulu. gimana kalau jadwalnya kaya gini?"
menuju komputer tomi..
aku : (dengan terburu-buru dan jawab sekenanya) "emm..kayanya ga boleh deh tom kalau yang kaya gini sama si bos. bahasnya besok lagi aja ya, masih ketemu kan kita."
Yup yup yup. Aku memang sedang terburu-buru pulang. Ingin mengejar ashar di masjid. Dzuhur tadi tidak ke masjid SGM, karena aku tidak tahu masjid SGM dibuka atau tidak untuk hari sabtu.
Waa..cahaya mataharinya terang sekali. Tidak terasa panas, hanya terlihat silau sekali. Aku sampai harus memicingkan mata sesekali sepanjang perjalanan.
Sampai disana, bergegas mengambil air wudhu. Berhubung tidak bawa mukena, aku pakai mukena masjid. Hari ini entah kenapa aku merasa rindu sekali dengan nya. Kalau sudah merasa seperti itu, yang aku bisa lakukan hanya ambil air wudhu dan langsung shalat saat itu juga, curhat tentang perasaan ku sama Allah, dan aku hanya bisa bilang, "Allah, hamba rindu.."
Tadi malam memang kami smsan. Tapi itu tidak mengurangi rasa rinduku.
Aku rindu untuk mendengar suaranya, rindu sekali.. Sudah lama aku tidak mendengar suaranya.. sementara mengutarakan langsung ke dia atau pun mencoba untuk meneleponnya sekedar untuk mendengar suaranya pun rasanya aku tidak berani..
Seperti yang sudah kuduga, dalam shalat aku menangis kembali, menahan perasaan ini.. dan alhasil, mukena masjid nya jadi agak basah terkena tangisan ku. O ya, setiap shalat disini, aku hampir selalu bertemu nenek yang ada di sebelahku ini. Wajahnya mengingatkanku dengan nenekku. Mirip sekali.. Setiap bertemu dengan nya di masjid ini, aku jadi kangen sama nenek ku.
Jadi ya begini lah yang biasa kulakukan kalau aku rindu padanya..hanya dipendam dalam hati dan hanya berani untuk mengutarakan kepada DIA..
Mereka benar ketika mereka berkata shalat adalah media komunikasi kita dengan sang pencipta.
Mereka benar ketika mereka berkata shalat adalah penolong kita.
aku masih ingat status yang kutulis di facebook pada 16 Agustus 2011,
" Allah ga butuh shalatku. Aku lah yang butuh shalatku. "
Thursday, August 4, 2011
Maha Melihat
seiring waktu berlalu
tangis tawa di nafasku
hitam putih di hidupku
jalani takdirku
tiada satu tersembunyi
tiada satu yang terlupa
segala apa yang terjadi
Engkaulah saksinya
yang didamba kan hilang
hidup kan terus berjalan
meski penuh dengan tangisan
andai bisa ku mengulang
waktu hilang dan terbuang
andai bisa ku kembali
hapus semua pedih
andai mungkin aku bisa
kembali ulang segalanya
tapi hidup takkan bisa
meski dengan air mata
tangis tawa di nafasku
hitam putih di hidupku
jalani takdirku
tiada satu tersembunyi
tiada satu yang terlupa
segala apa yang terjadi
Engkaulah saksinya
Kau yang Maha Melihat
Kau yang Maha Melihat
Kau yang Maha Pemaaf
PadaMu hati bertobat
Kau yang Maha Pengasih
Kau yang Maha Penyayang
Kau yang Maha Pelindung
PadaMu semua bergantung
yang didamba kan hilang
hidup kan terus berjalan
meski penuh dengan tangisan
andai bisa ku mengulang
waktu hilang dan terbuang
andai bisa ku kembali
hapus semua pedih
andai mungkin aku bisa
kembali ulang segalanya
tapi hidup takkan bisa
meski dengan air mata
Wednesday, August 3, 2011
Tapi Aku Bisa Apa...
Ketika tadi malam iseng ingin membuka email ku yang lama lewat handphone, tidak tahu kenapa selalu "invalid user and password". Padahal waktu coba login ke email baru, selalu berhasil. "Waduh gawat", pikirku dalam hati. Jangan-jangan ada yang nge hack nih, (ge-eeeeeer.... ^^v kekekeke). Jadi tadi malam niat kalau ke kantor coba langsung login ke email lama lewat komputer.
Berhasil!! Tidak tau kenapa mata langsung tertuju ke email itu. Padahal letak nya di bawah setelah ada email-email babeh tentang agama dan ucapan belasungkawa entah siapa (dan email lowongan kerja pastinya, hehe.)
"Hal terindah dalam hidupku, terima kasih :)" Itulah yang menjadi subjectnya. Setelah melihat ke sebelah kiri (arah 'from' ), ternyata pengirim nya adalah dia..
Sedih. Cuma itu yang bisa aku ungkapkan. Pagi-pagi aku sudah menangis di kantor (padahal menangis di kantor adalah salah satu hal yang sangat aku hindari sekali). Astagfirullah.. sungguh aku sedang berpuasa, tapi hati ini benar-benar tidak kuat ya Rabb.., aku minta maaf..
Ternyata paketnya sudah sampai.. Alhamdulillah dia senang dengan albumnya.. dengan video nya..
Album itu memang aku buat dengan perjuangan, perjuangan fisik dan perjuangan hati.. Cari album, bolak balik diantar teman..dari seturan, balik ke gejayan.. Buat album nya juga bolak balik antara kost ku- kost mba Puji.. kost ku-kost mba Nuri.. naik sepeda dan jalan kaki, bawa album dan bawa laptop, berat pun tak apa.. Aku memang tidak kuat untuk membuat sendiri di kamar.. Karena pasti yang ada nantinya malah nangis dan tidak selesai-selesai.. Tidak pula membuatnya di kamar Isti, kamar mba Ulin ataupun kamar Endang, karena membuat album nya butuh space besar.. karena akan berserakan foto-foto, gunting, double tip, pulpen, spidol.. dan kamar mba Puji n mba Nuri cukuplah pikirku..
Foto-fotonya aku buat bolak-balik ke "Sampurna" nama tempat cetak foto digitalnya, sehabis jam pulang kantor. Mbak nya sampai hapal denganku dan hapal dengan tipe kertas yang biasa kupilih..
Pulpen nya yang aku pikir akan banyak bertebaran di gramedia, ternyata baru ada di gramedia Amplaz, setelah aku cari nihil di gramedia Malioboro, gramedia Cik Ditiro, dan Toga Mas Galeria Mall. Itu pun ternyata hanya tinggal dua pulpen. Mau kubeli dua-duanya, ternyata yang berfungsi baik pun itu hanya satu. Terima kasih ya Allah.
Kost ku serta kamarku mengingatkan ku sekali dengan nya.. karena itu hampir tiap malam selama pembuatan album itu, aku tidak pernah tidur di kamarku.. Isti pun sampai coba terus menguatkan diri ini.. *thank you Isti*
Aku juga tidak bisa membayangkan kalau aku bisa membuat video itu.. Otodidak mempelajarinya, sangat singkat dan cepat karena aku tau aku dibatasi waktu. Pun aku membuatnya di kantor, karena kalau suasana ramai, aku pikir tidak akan terlalu sedih. Tapi tetap saja, membuat videonya membuat ku menangis. Dan sebisa mungkin air mata ini aku sembunyikan agar tidak ada yang tahu..
Perjuangan hati nya lah yang sebenarnya sangat sulit.. membutuhkan keberanian dan kekuatan untuk mengingat kembali semua kenangan indah bersamanya yang entah akan terjadi lagi atau tidak dalam hidup ini.. Ada rasa sakit yang timbul ketika melukiskan semua kenangan indah kedalam album dan video itu..
Astagfirullah.. Astagfirullah.. aku hanya minta diberi kekuatan untuk menyelesaikan ini..
Ketika album ini telah selesai, mba Sara memang sedang menginap di kamar ku. Mba Sara meminta izin untuk melihatnya.. n aku pun mengiyakan, karena mba Sara tahu benar apa yang aku rasakan untuknya.. tau bagaimana perjuanganku untuknya..
Aku tidak tertidur lelap ketika mba Sara membaca albumnya.. karena samar-samar masih bisa kulihat mba Sara dari belakang sedang menundukkan kepalanya sedikit untuk membaca album.. Ketika aku melihat mba Sara menutup album, tanda dia sudah selesai membaca, entah kenapa aku langsung terbangun dan duduk.
Mba Sara terlihat sedih dan langsung memeluk ku.. ketika mba Sara memelukku dan mencoba untuk tetap menguatkanku..suaranya terdengar bergetar..ya..dia menangis.. saat aku mendengar suaranya yang mencoba menguatkan ku dengan suaranya yang sedih.. barulah air mata ini turun tak henti-henti.. dan menatap kosong apa yang ada di depan ku.. mba Sara bilang dia salut kepadaku karena sanggup dan kuat untuk menuliskan semuanya.. yang entah kalau mba Sara yang melakukan itu dia akan sanggup atau tidak..
Setelah membaca emailnya, di hati ini pertanyaan-pertanyaan dan rasa menggugat itu tetap ada.. begitupun rasa diperlakukan tidak adil.. tapi kembali lagi.. " Tapi Aku Bisa Apa.. " sungguh hamba hanya manusia lemah yang tak mampu dan tak akan pernah mampu untuk melawan ketentuanMu..
Ketika tiba dzuhur di masjid pun, dalam shalat dan dalam doa aku hanya bisa menangis.. mengingat email nya.. dan menangis.. minta dikuatkan oleh Allah atas semua ini..
Mengutip iklan yang aku lihat tadi malam.. "dibutuhkan pengorbanan untuk sebuah keikhlasan.."
Berhasil!! Tidak tau kenapa mata langsung tertuju ke email itu. Padahal letak nya di bawah setelah ada email-email babeh tentang agama dan ucapan belasungkawa entah siapa (dan email lowongan kerja pastinya, hehe.)
"Hal terindah dalam hidupku, terima kasih :)" Itulah yang menjadi subjectnya. Setelah melihat ke sebelah kiri (arah 'from' ), ternyata pengirim nya adalah dia..
Sedih. Cuma itu yang bisa aku ungkapkan. Pagi-pagi aku sudah menangis di kantor (padahal menangis di kantor adalah salah satu hal yang sangat aku hindari sekali). Astagfirullah.. sungguh aku sedang berpuasa, tapi hati ini benar-benar tidak kuat ya Rabb.., aku minta maaf..
Ternyata paketnya sudah sampai.. Alhamdulillah dia senang dengan albumnya.. dengan video nya..
Album itu memang aku buat dengan perjuangan, perjuangan fisik dan perjuangan hati.. Cari album, bolak balik diantar teman..dari seturan, balik ke gejayan.. Buat album nya juga bolak balik antara kost ku- kost mba Puji.. kost ku-kost mba Nuri.. naik sepeda dan jalan kaki, bawa album dan bawa laptop, berat pun tak apa.. Aku memang tidak kuat untuk membuat sendiri di kamar.. Karena pasti yang ada nantinya malah nangis dan tidak selesai-selesai.. Tidak pula membuatnya di kamar Isti, kamar mba Ulin ataupun kamar Endang, karena membuat album nya butuh space besar.. karena akan berserakan foto-foto, gunting, double tip, pulpen, spidol.. dan kamar mba Puji n mba Nuri cukuplah pikirku..
Foto-fotonya aku buat bolak-balik ke "Sampurna" nama tempat cetak foto digitalnya, sehabis jam pulang kantor. Mbak nya sampai hapal denganku dan hapal dengan tipe kertas yang biasa kupilih..
Pulpen nya yang aku pikir akan banyak bertebaran di gramedia, ternyata baru ada di gramedia Amplaz, setelah aku cari nihil di gramedia Malioboro, gramedia Cik Ditiro, dan Toga Mas Galeria Mall. Itu pun ternyata hanya tinggal dua pulpen. Mau kubeli dua-duanya, ternyata yang berfungsi baik pun itu hanya satu. Terima kasih ya Allah.
Kost ku serta kamarku mengingatkan ku sekali dengan nya.. karena itu hampir tiap malam selama pembuatan album itu, aku tidak pernah tidur di kamarku.. Isti pun sampai coba terus menguatkan diri ini.. *thank you Isti*
Aku juga tidak bisa membayangkan kalau aku bisa membuat video itu.. Otodidak mempelajarinya, sangat singkat dan cepat karena aku tau aku dibatasi waktu. Pun aku membuatnya di kantor, karena kalau suasana ramai, aku pikir tidak akan terlalu sedih. Tapi tetap saja, membuat videonya membuat ku menangis. Dan sebisa mungkin air mata ini aku sembunyikan agar tidak ada yang tahu..
Perjuangan hati nya lah yang sebenarnya sangat sulit.. membutuhkan keberanian dan kekuatan untuk mengingat kembali semua kenangan indah bersamanya yang entah akan terjadi lagi atau tidak dalam hidup ini.. Ada rasa sakit yang timbul ketika melukiskan semua kenangan indah kedalam album dan video itu..
Astagfirullah.. Astagfirullah.. aku hanya minta diberi kekuatan untuk menyelesaikan ini..
Ketika album ini telah selesai, mba Sara memang sedang menginap di kamar ku. Mba Sara meminta izin untuk melihatnya.. n aku pun mengiyakan, karena mba Sara tahu benar apa yang aku rasakan untuknya.. tau bagaimana perjuanganku untuknya..
Aku tidak tertidur lelap ketika mba Sara membaca albumnya.. karena samar-samar masih bisa kulihat mba Sara dari belakang sedang menundukkan kepalanya sedikit untuk membaca album.. Ketika aku melihat mba Sara menutup album, tanda dia sudah selesai membaca, entah kenapa aku langsung terbangun dan duduk.
Mba Sara terlihat sedih dan langsung memeluk ku.. ketika mba Sara memelukku dan mencoba untuk tetap menguatkanku..suaranya terdengar bergetar..ya..dia menangis.. saat aku mendengar suaranya yang mencoba menguatkan ku dengan suaranya yang sedih.. barulah air mata ini turun tak henti-henti.. dan menatap kosong apa yang ada di depan ku.. mba Sara bilang dia salut kepadaku karena sanggup dan kuat untuk menuliskan semuanya.. yang entah kalau mba Sara yang melakukan itu dia akan sanggup atau tidak..
Setelah membaca emailnya, di hati ini pertanyaan-pertanyaan dan rasa menggugat itu tetap ada.. begitupun rasa diperlakukan tidak adil.. tapi kembali lagi.. " Tapi Aku Bisa Apa.. " sungguh hamba hanya manusia lemah yang tak mampu dan tak akan pernah mampu untuk melawan ketentuanMu..
Ketika tiba dzuhur di masjid pun, dalam shalat dan dalam doa aku hanya bisa menangis.. mengingat email nya.. dan menangis.. minta dikuatkan oleh Allah atas semua ini..
Mengutip iklan yang aku lihat tadi malam.. "dibutuhkan pengorbanan untuk sebuah keikhlasan.."
Monday, August 1, 2011
Ramadhan, Alhamdulillah..
lupa nama : " mba Damai, nanti tarawihan? " ( teman ku ini termasuk baru di kost, kerja di kejaksaan)
aku : " iya. biasanya di masjid samping kosan "
lupa nama : " bareng ya. datang nya cepat aja, biasanya kalau hari pertama rame. "
aku : " iya betul, biasanya kalau hari pertama suka macet "
lupa nama : " #%@%^#&^% ?? "
aku : " eh, maksudnya penuh ^^ " ( sambil cengar-cengir. kok ya bisaaaa bilang nya macet. memang nya hari pertama anak-anak masuk sekolah. ngeblank. )
Mendengar suara Isti di bawah, aku langsung bergegas turun dengan bawahan mukena yang masih belum dilepas. "mumpung ada Isti", pikirku dalam hati. Ternyata Isti lagi keliling untuk membagikan jadwal imsak ke anak-anak kost.
(Tepat di depan kamar Endang, dengan suara setengah berbisik)
aku : " Isti Isti, yang sebelah nya Dini itu namanya siapa? "
Isti : " mba Hesti? Yang kerja di Kejati "
aku : " Iya iya, yang kerja di kejaksaan. Hehe.. aku lupa namanya pas dia kenalan. Ga enak kalau lagi ngobrol-ngobrol tau tau aku nyeletuk "maaf.. namanya siapa yah..aku lupa" ^^ hehe "
Isti : " hihi "
(Reni, yang kamarnya persis di bawah kamarku, keluar dari kamarnya)
Reni : " pada mau tarawihan ya mba? "
aku : " iya, jam setengah tujuhan. Ikut Ren? "
Reni : " bareng ya mba"
aku : " oke. oke Endang, Reni, jam setengah tujuh ya "
Sebelum adzan Isya, kami berempat sudah ada di masjid. Nurul Fajri nama masjidnya. Jamaah wanita nya hanya baru kami berempat ditambah sekitar 4 orang di depan kami.
Kami pun celingak celinguk ^^v.
aku : " ih, kok cuma sedikit ya "
Reni : " iya, kok tumbenan "
aku : " paling nanti abis adzan banyak yang datang "
Dan benar saja, tidak lama banyak jamaah datang satu persatu, sampai ada jamaah wanita yang harus shalat dengan tikar tambahan di luar. Alhamdulillah banyak..
Kotak amal pun datang... Belajar dari pengalaman di kampus ku dulu, melihat cara senior memasukkan uang amal di masjid, kotak nya biasanya ditutupi dengan mukena. Aku memang tidak bertanya alasannya, tapi kemungkinan besar, niat mereka adalah untuk menghindari riya dengan nilai uang yang diamalkan. Belajar dari pengalaman di kampus itulah, kalau memasukkan uang di masjid, biasa ditutupi dengan mukena.
mba Hesti : (melihatku menutupi kotak amalnya dengan mukena, dengan becanda) " mba Damai kotak amalnya jangan dibawa pulang, hihi.. "
aku : " hahaha.. yaaaa... ketauan deh sama mba Hesti. Padahal memang mau ta bawa pulang lho ^^v "
Posisi di masjid tadi malam tidak tepat. Tepat di bawah kipas angin. Angin-nya langsung tepat mengenai kepala. Ditambah jarak langit-langit masjid yang tidak terlalu tinggi. Maklum, masjid kami ini memang tidak terlalu besar. Hanya mempunyai satu lantai yang bisa digunakan untuk shalat. Aku dan Reni sepakat untuk tidak di posisi ini untuk malam nanti.
Sehabis shalat tarawih, aku, Endang dan Reni membeli makan untuk sahur malam itu juga.
Endang : " beli penyetan yang disana yuk "
aku : " oke " (dengan tidak mengerti 'disana' yang dimaksud. toh nanti juga aku akan tau tempatnya, pikirku)
Ternyata tempat langganan Endang adalah tempat yang biasa aku kunjungi (walaupun tidak sering. Tapi lumayan lah untuk cukup kenal dengan penjual nya, baik yang bapak nya ataupun ibunya. Karena setiap mau makan di Brimob, biasanya melewati warung ini dan saya suka sapa " halo pak.. " atau bapaknya menyapa duluan " mba'e.. " ). Pecel surabayanan depan 'Dapur Sambal'.
penjual : (tertuju padaku) " oo... mba nya ini ternyata teman nya tho.." (teman nya Endang, maksud bapaknya.)
aku : " hehe.. iya pak, satu kosan :) "
setelah pesanan semua selesai,
penjual : " mba nya udah wisuda tho? "
aku : " iya udah pak "
penjual : " saudara saya juga sudah wisudaan disana "
aku : " saya wisuda nya udah tahun 2007 kemarin pak "
penjual : " oalaaah... hehe "
yup yup yup.. selalu dan selalu disangka masih kuliah. awet muda mungkin saya ya. hehe ^^v
aku : " mari pak.. :) "
penjual : " ya... :) "
Terakhir makan siang tadi.. Perut lapar.. Kayaknya enak nih makan yang anget-anget. Akhirnya aku dan Reni memutuskan untuk makan indomie dulu di warung burjo perempatan dekat kosan. Indomie rebus pakai telor, panas, ditambah teh anget, sluuurpp.. Alhamdulillah.
Bersiap menjalani hari pertama puasa esok hari.
Terima kasih ya Allah, masih mempertemukan hamba dengan bulan Ramadhan, alhamdulillah. Semoga hamba tidak termasuk orang yang merugi, amin.
aku : " iya. biasanya di masjid samping kosan "
lupa nama : " bareng ya. datang nya cepat aja, biasanya kalau hari pertama rame. "
aku : " iya betul, biasanya kalau hari pertama suka macet "
lupa nama : " #%@%^#&^% ?? "
aku : " eh, maksudnya penuh ^^ " ( sambil cengar-cengir. kok ya bisaaaa bilang nya macet. memang nya hari pertama anak-anak masuk sekolah. ngeblank. )
Mendengar suara Isti di bawah, aku langsung bergegas turun dengan bawahan mukena yang masih belum dilepas. "mumpung ada Isti", pikirku dalam hati. Ternyata Isti lagi keliling untuk membagikan jadwal imsak ke anak-anak kost.
(Tepat di depan kamar Endang, dengan suara setengah berbisik)
aku : " Isti Isti, yang sebelah nya Dini itu namanya siapa? "
Isti : " mba Hesti? Yang kerja di Kejati "
aku : " Iya iya, yang kerja di kejaksaan. Hehe.. aku lupa namanya pas dia kenalan. Ga enak kalau lagi ngobrol-ngobrol tau tau aku nyeletuk "maaf.. namanya siapa yah..aku lupa" ^^ hehe "
Isti : " hihi "
(Reni, yang kamarnya persis di bawah kamarku, keluar dari kamarnya)
Reni : " pada mau tarawihan ya mba? "
aku : " iya, jam setengah tujuhan. Ikut Ren? "
Reni : " bareng ya mba"
aku : " oke. oke Endang, Reni, jam setengah tujuh ya "
Sebelum adzan Isya, kami berempat sudah ada di masjid. Nurul Fajri nama masjidnya. Jamaah wanita nya hanya baru kami berempat ditambah sekitar 4 orang di depan kami.
Kami pun celingak celinguk ^^v.
aku : " ih, kok cuma sedikit ya "
Reni : " iya, kok tumbenan "
aku : " paling nanti abis adzan banyak yang datang "
Dan benar saja, tidak lama banyak jamaah datang satu persatu, sampai ada jamaah wanita yang harus shalat dengan tikar tambahan di luar. Alhamdulillah banyak..
Kotak amal pun datang... Belajar dari pengalaman di kampus ku dulu, melihat cara senior memasukkan uang amal di masjid, kotak nya biasanya ditutupi dengan mukena. Aku memang tidak bertanya alasannya, tapi kemungkinan besar, niat mereka adalah untuk menghindari riya dengan nilai uang yang diamalkan. Belajar dari pengalaman di kampus itulah, kalau memasukkan uang di masjid, biasa ditutupi dengan mukena.
mba Hesti : (melihatku menutupi kotak amalnya dengan mukena, dengan becanda) " mba Damai kotak amalnya jangan dibawa pulang, hihi.. "
aku : " hahaha.. yaaaa... ketauan deh sama mba Hesti. Padahal memang mau ta bawa pulang lho ^^v "
Posisi di masjid tadi malam tidak tepat. Tepat di bawah kipas angin. Angin-nya langsung tepat mengenai kepala. Ditambah jarak langit-langit masjid yang tidak terlalu tinggi. Maklum, masjid kami ini memang tidak terlalu besar. Hanya mempunyai satu lantai yang bisa digunakan untuk shalat. Aku dan Reni sepakat untuk tidak di posisi ini untuk malam nanti.
Sehabis shalat tarawih, aku, Endang dan Reni membeli makan untuk sahur malam itu juga.
Endang : " beli penyetan yang disana yuk "
aku : " oke " (dengan tidak mengerti 'disana' yang dimaksud. toh nanti juga aku akan tau tempatnya, pikirku)
Ternyata tempat langganan Endang adalah tempat yang biasa aku kunjungi (walaupun tidak sering. Tapi lumayan lah untuk cukup kenal dengan penjual nya, baik yang bapak nya ataupun ibunya. Karena setiap mau makan di Brimob, biasanya melewati warung ini dan saya suka sapa " halo pak.. " atau bapaknya menyapa duluan " mba'e.. " ). Pecel surabayanan depan 'Dapur Sambal'.
penjual : (tertuju padaku) " oo... mba nya ini ternyata teman nya tho.." (teman nya Endang, maksud bapaknya.)
aku : " hehe.. iya pak, satu kosan :) "
setelah pesanan semua selesai,
penjual : " mba nya udah wisuda tho? "
aku : " iya udah pak "
penjual : " saudara saya juga sudah wisudaan disana "
aku : " saya wisuda nya udah tahun 2007 kemarin pak "
penjual : " oalaaah... hehe "
yup yup yup.. selalu dan selalu disangka masih kuliah. awet muda mungkin saya ya. hehe ^^v
aku : " mari pak.. :) "
penjual : " ya... :) "
Terakhir makan siang tadi.. Perut lapar.. Kayaknya enak nih makan yang anget-anget. Akhirnya aku dan Reni memutuskan untuk makan indomie dulu di warung burjo perempatan dekat kosan. Indomie rebus pakai telor, panas, ditambah teh anget, sluuurpp.. Alhamdulillah.
Bersiap menjalani hari pertama puasa esok hari.
Terima kasih ya Allah, masih mempertemukan hamba dengan bulan Ramadhan, alhamdulillah. Semoga hamba tidak termasuk orang yang merugi, amin.
Subscribe to:
Posts (Atom)