Sunday, August 21, 2011

Keberagaman

Pengajian sehabis tarawih tadi malam bagus. Sesuai dengan judul yang kutulis dan sesuai dengan peristiwa tadi malam. Sebenarnya bukan peristiwa yang baru sekali, hanya mungkin sekedar mengingatkan kembali betapa saling menghargai dalam keberagaman itu sangat penting.

Berhubung aku tidak membawa catatan pada saat ceramah, dan aku bukan lah hafidz Quran, dalam suatu ayat Quran, disebutkan kalau kita punya janji, harus dimuliakan. Tak peduli bila itu dengan non Muslim sekalipun. Karena nabi pun mengajarkan demikian. Karena ada sebagian paham yang berpendapat, jika tidak menepati janji kepada non muslim tidak apa-apa. Sebenarnya ini lah inti apa yang mau disampaikan oleh pak Kyai. Jangan menafsirkan Quran secara setengah-setengah dan jangan menafsirkan Quran menurut pemahaman sendiri.

Sepulang dari sana bersama Isti, tak lama berada di kamarku, Isti mengetuk pintu kamar. Ternyata Isti bawa martabak telur yang dia minta titip dibelikan sama Nita. Jadilah kami bertiga makan martabak itu di kamarku. Ternyata martabak yang dibeli nya dua!! Oh my.. perut ku sudah tidak muat lagi..
Sedang ngobrol-ngobrol, mendengar suara motor mba Ulin, kami segera turun ke bawah menuju kamarnya untuk menanyakan kejadian yang baru saja dialaminya di Amplaz.

Jam 12 kurang kami selesai menghabiskan waktu untuk bercerita di kamarnya. Kembali ke atas, hanya aku dan Nita. Baru saja selesai menaiki tangga,
Nita : " mba, tidur di kamarku yah "
Aku : (dengan sedikit rasa kaget bercampur takut) "lah, kenapa?? kamu lagi ketakutan?? kamu bisa 'ngeliat' yah??"
Nita : " enggak mba, gapapa. pengen ditemenin."
Aku : " ya, oke. tapi nanti kalau sahur aku balik ke kamar dulu ya "
Nita : " iya mba gapapa "
Biasalah, wanita. Kalau sudah tidur satu kamar, tidak mungkin langsung tidur. Pasti cerita-cerita [LAGI] ^^v.

Kami baru tidur sekitar jam satu. Karena itu ketika bangun sahur jam 3, mata masih terasa berat dan badan agak sedikit lemas. Aku izin ke Nita untuk kembali ke kamar ku, shalat malam, sahur dan shalat subuh. Ternyata ada bunyi sms. "mba, masih lama ga..?"
Kembali ke kamarnya, ternyata dia tidak tertidur lagi. Ketika aku tanya kenapa, dia bilang ga bisa, pengen ditemenin. "shalatnya disini aja mba", dia berujar.
"Tapi nanti shalatnya masih setengah lima. Gapapa nanti jadi ganggu sampai jam setengah lima?" "Jam berapa sih memang nya ini?(ternyata belum tepat jam empat pagi). Gapapa mba."

Jadilah Nita menemaniku sahur dan menunggu subuh.
Nita : " udah imsak tuh mba. udah ga boleh makan lagi ya berarti? "
Aku : " itu untuk yang Denpasar. Sebenarnya sih masih boleh, batas nya itu subuh. Sebagai pengingat aja supaya kita ga kelewatan makannya, tiba-tiba udah subuh."

Nita cerita di hari pertama puasa, dia menemani Poppy, yang tinggal di sebelah kamarku, untuk jalan kaki mencari makan sahur, dingin-dingin pula. Bahkan dia ikut makan sahur, meski ternyata perutnya jadi sakit karena tidak terbiasa.
Ya, Nita memang non muslim. Katholik tepatnya. Tapi kami merasa, tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Dan memang seharusnya tidak ada. Saling menghargai dan menghormati, ya, itulah yang memang seharusnya dilakukan. Tidak terus beranggapan karena dia tidak sepaham dengan kita, harus kita musuhi, kita benci atau kita perlakukan tidak adil.

Sama seperti persahabatan ku dengan mba Fera. Yang satu warga keturunan. Yang satu juga warga keturunan sih ( keturunan sunda maksudnya ^^). Dan dia pula non muslim. Ada beberapa warga keturunan yang masih beranggapan tidak sepantasnya kalau mereka bergaul dengan warga pribumi. Tapi dia bukanlah tipe yang seperti itu. Allah tidak menilai berdasarkan ras. Dan kami saling menghormati walau agama kami berbeda, walau ras kami berbeda.

Tetangga depan rumah ku pun mereka keluarga Katholik. Tapi kami sama sekali tidak pernah bertengkar. Yang satu ustad, yang satu anaknya jadi pastur. Tapi kami saling menghargai satu sama lain n saling menghormati satu sama lain. Setiap hari raya, saling berkunjung. Frame gambar Ka'bah yang sekarang masih terpajang di ruang tamuku adalah pemberian mereka ketika kami merayakan Idul Fitri. Setiap lebaran , kami selalu mengantarkan makanan khas lebaran, n biasanya mereka dengan senang hati menerima kiriman kami "waa..ketupat yaaa.."

Karena itu, miris sekali melihat komentar-komentar dari suatu berita di internet ketika satu sama lain saling menghujat agama, saling menghina tentang SARA, saling menghina Tuhan yang bukan Tuhannya, saling menghina nabi yang bukan nabinya.
Bagaimana negara ini mau maju kalau hal-hal seperti itu saja masih dipermasalahkan.
Bagaimana negara ini mau maju kalau rakyatnya sendiri saling menyerang satu sama lain, tidak ada rasa menghormati dan menghargai.
Masih banyak hal penting yang pantas dan seharusnya dipikirkan...






2 comments:

  1. Hihi... gw jg baru mau bikin tlsan ttg keberagaman Mai. sbnrnya dah kmrn2 sih pgn bikin, tp tertunda terus. Gw jd inget tmn rmh gw, ada nenek sma mbk desi (masih inget g?) trs ada rindang jg, mrk smua katholik tp dah kyk sdara gw sdri. mbk desi malah ikutan puasa pas drmh gw, yg lucunya kl hari sabtu sore dia ke gereja, plg dr gereja jam 6an, masuk rmh dia nanya ke gw "lie, blm buka ya?". diketawain nyokap gw deh, km tuh gmn sih des, ke gereja trs sampe rmh buka puasa:)

    ReplyDelete
  2. hahaha...lucu juga mba desi. iya gue inget sama mba desi :) masih di kalimantan ya dia sekarang? gue ga hapal sama nenek shin, yang mana ya..

    ReplyDelete